Tambang Bisa Meningkatkan Kekerasan Terhadap Perempuan

Medan - Aktivis Perempuan Saur Tumiur Situmorang mengatakan, tambang sering sekali menimbulkan hal-hal baru terkhusus pada perempuan.
Baik itu gangguan kesehatan reproduksi, peningkatan kekerasan terhadap perempuan, perempuan kehilangan ruang kelola, penyakit kulit, serta alih profesi.
Mantan Komisioner Komnas Perempuan itu lalu merekomendasikan kepada masyarakat, khususnya perempuan mulai bersuara untuk terlibat dalam perundingan dan pembangunan.
Mendesak pemerintah atau negara untuk mengakui kepemilikan warga, memperluas jaringan, dan mengorganisir warga agar tidak mudah dipecah belah serta fokus pada sasaran utama untuk perlawanan.
"Tak perlu masyarakat merasa takut. Karena sesungguhnya kita dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 33, UU HAM, konvensi penghapusan diskriminatif terhadap perempuan, dan perlindungan ekosob," kata Saur, saat menjadi penanggap webinar dalam rangka peringatan Hari Anti Tambang.
Kegiatan ini difasilitasi Yayasan Diakonia Pelangi Kasih (YDPK), Petrasa dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).
Dengan topik, "Kilas Balik Kejahatan Tambang di Indonesia: Tambang untuk Siapa?” Webinar digelar Rabu, 25 Mei 2022 di aula Pesada Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.
Di samping itu kata dia, kerap sekali pemerintah mengatakan penambangan adalah salah satu pembangunan yang menunjang proyek strategis nasional untuk kepentingan umum.
Baca juga:
Warga Desa Wadas Tolak Tambang, Pengukuran Lokasi Tetap Dijalankan
Padahal kepentingan umum itu harus berasaskan beberapa prinsip, yaitu mensejahterakan masyarakat, meningkatkan pendapatan ekonomi daerah, dan tidak untuk mencari laba.
Namun ini sangat berbanding terbalik di mana industri penambangan mencari keuntungan yang diperoleh oleh segelintir orang dan bukan untuk kesejahteraan rakyat dan justru menimbulkan daya rusak atas lingkungan.
Hal yang perlu dilakukan bersama oleh warga menurut Saur, adalah bagaimana masyarakat secara bersama mempersempit perluasan ekstraktif itu sendiri. Karena terlalu banyak risiko dan biaya yang dikorbankan dari industri ekstraktif.
Monica Siregar selaku Koordinator Pengorganisasian dari Yayasan Diakonia Pelangi Kasih (YDPK) menegaskan, dengan adanya webinar ini masyarakat semakin terbekali akan hal penting yang ditimbulkan dari dampak tambang.
"Lewat webinar ini pula warga Dairi yang saat ini sedang dalam perjuangan menolak kehadiran tambang PT DPM, bisa menjalin solidaritas dengan desa atau daerah lain yang juga berjuang melawan kehadiran perusahaan ekstraktif," ujarnya. []
Berita Terbaru
- KOBAR: Koalisi Jokowi Itu Bukan Partai, Tetapi Bersama Rakyat Indonesia
- Qodari: Jokpro Membuat Gerakan Tolak Penundaan Pemilu, Dukung Tiga Periode
- Tepis Gerakan Tiga Periode Sudah Mati, Qodari: Berbagai Elemen Banyak Bergabung
- Kontingen Pencak Silat Abdya Raih Perak dan Perunggu di Popda Aceh
- Aparatur Desa di Abdya Sosialisasi Pola Hidup Sehat demi Cegah Penyakit